"Durga Umayi" dan Kalimat Panjang

Type
Journal
Authors
ISSN
0005-6138 
Category
Majalah Basis  [ Browse Items ]
Publication Year
1992 
Publisher
Yayasan Basis, Indonesia 
Pages
7 halaman; 88-94 
Description
Membaca bab pertama Durga Umayi (Y.B. Mangunwijaya, 1991), sengaja saya abaikan "Prawayang", saya dikejutkan oleh kalimat pembuka yang panjang. 174 kata. Mulanya, ini saya anggak kebiasaan pembuka suatu novel. Tapi ia berlanjutan. Disusuli oleh kalimat-kalimat yang lebih panjang. Ada yang 770 kata (halaman 67-71). Dapat disimpulkan, Mangun menggunakan konsep kalimat yang visual, mula dengan huruf besar, berakhir dengan titik. Kalimat yang mungkin tak ditemui dalam pengucapan (lisan) karena di luar kemampuan ingatan. Sukar untuk mengingat apa yang telah kita dengar sesudah mendengar kata yang kesepuluh. PEngucapannya juga akan lupa apa yang telah diucapkan. Sesuai dengan ucapan V.H. Yngve ("A model and a hypothesis for language structure", Proceedings of American Philosphical Socieety, 1960 (104), 444-466) daya ingat manusia dengan pencabangan tujuh ke kiri. Lain dengan tulisan. Kita mudah kembali kepada unsur sebelumnya, dapat membangun hubungan antara setiap unsur kalimat. Namun begitu, sebuah kalimat biasanya tak pernah begitu panjang. Hanya belasan kata. Makin panjang kalimat makin sukar membangun hubungan antara unsur pembentuknya. Bahkan ada kalanya tidak mungkin membangun hubungan itu sama sekali. Dapat dibayangkan kesukaran membangun hubungan antara unsur-unsur kalimat yang terdiri dari 770 kata. Kita tenggelam dalam dunia tanpa hubungan. Kita berhadapan dengan dunia tanpa hubungan dalam Durga Umayi.  
Number of Copies

REVIEWS (0) -

No reviews posted yet.

WRITE A REVIEW

Please login to write a review.