Bayang-bayang 

Sudah tiga tahun ini baginda raja Asoka gundah hatinya. Keberadaannya sebagai penguasa serasa digugat. Bukan oleh rakyat atau oleh bangsawan-bangsawan yang lain, tetapi oleh hati nuraninya sendiri. Andaikata rakyat atau penguasa lain yang menggugatnya, maka hal itu tidaklah terlalu sulit untuk mengatasinya. Ia tidak kekurangan orang atau serdadu untuk mengendalikan gejolak dan membereskan mereka. Akan tetapi kali ini, suara halus itu berseru dari dalam lubuk hatinya; lebih nyaring dari suata terompet perang yang ditiupkan di depan benteng ibu kota Kalinga tatkala mereka menyerang kerajaan itu. Baginda teringat kembali gencarnya serangan yang ia lancarkan terhadap kerajaan itu selama beberapa hari. Beratus-ribu pasukan ia kirim untuk menghabisi kekuasaan Kalinga yang dipertahankan orang-orangnya dengan amat gigih. Lebih seratus ribu serdadu musuh terbunuh. Mereka rebah bersimbah darah. Lebih seratus lima puluh ribu tawanan ia bawa pulang. Meski peristiwa itu telah tiga tahun lewat, namun kengerian perang yang satu ini sulit dilupakan.