Bercermin pada Kasus Jenggawah: Petani Mayat Berjalan

Type
Journal
Authors
ISSN
0005-6138
Category
Majalah Basis
[ Browse Items ]
Publication Year
1998
Publisher
Yayasan Basis, Indonesia
Pages
9 halaman; 30-38
Tags
Description
Dari dulu sampai sekarang petani merupakan kelompok masyarakat yang tak pernah dihargai. Angin reformasi membuat mereka berani protes. Oktober lalu, Empat ratus petani dari Yogyakarta dan Magelang bersama mahasiswa Universitas Gajah Mada berdemonstrasi. Budayawan Y.B. Mangunwijaya ikut berunjukrasa. Ia mengenakan busana sawah" caping, kain, sarung dan sandalan.
"Petani belum dihargai secara struktural. Mestinya praktek harga jangan merugikan petani. Produk industri boleh saja mengikuti pasar, tapi hasil petani mengapa selalu ditentukan dari atas. Mereka itu terus dianaktirikan, lalu siapa yang mau jadi petani? Anak-anak petani tentu tak mau jadi petani," kata Romo Mangun dalam orasinya.
Dalam demonstrasi para petani membawa burung-burungan dari bambu dan kertas yang ditancapkan. Burung-burung itu merupakan simbol yang menemani petani dalam keluh kesah dan duka lara mereka. Ajeni pangan, ajeni petani. Tolak penjajahan Iptek. Bela hak petani. Tolak monokultur instensifikasi. Seprono-seprene petani dadai mayit mlaku.
Itulah slogan sepanduk dan yel-yel yang mereka teriakkan. Petani memang merupakan kelompok yang malang dan terabaikan. Untuk memahami mereka secara lebih mendalam, Basis menurunkan sebuah contoh permasalahan dan sejarah petani Jenggawah.
"Petani belum dihargai secara struktural. Mestinya praktek harga jangan merugikan petani. Produk industri boleh saja mengikuti pasar, tapi hasil petani mengapa selalu ditentukan dari atas. Mereka itu terus dianaktirikan, lalu siapa yang mau jadi petani? Anak-anak petani tentu tak mau jadi petani," kata Romo Mangun dalam orasinya.
Dalam demonstrasi para petani membawa burung-burungan dari bambu dan kertas yang ditancapkan. Burung-burung itu merupakan simbol yang menemani petani dalam keluh kesah dan duka lara mereka. Ajeni pangan, ajeni petani. Tolak penjajahan Iptek. Bela hak petani. Tolak monokultur instensifikasi. Seprono-seprene petani dadai mayit mlaku.
Itulah slogan sepanduk dan yel-yel yang mereka teriakkan. Petani memang merupakan kelompok yang malang dan terabaikan. Untuk memahami mereka secara lebih mendalam, Basis menurunkan sebuah contoh permasalahan dan sejarah petani Jenggawah.
Number of Copies
1
Library | Accession‎ No | Call No | Copy No | Edition | Location | Availability |
---|---|---|---|---|---|---|
Main | 1609 | 1 | Yes |