Mistik 

Kasiyo adalah laki-laki paruh baya yang sederhana asal Tempel, Sleman. Namun, di bulan Juli lalu, ia tidak bisa ditemui di rumahnya di Sleman karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya di makan Seh Bela Belu di bukit kecil di Prangtritis. Hanya dengan berbekal beberapa lembar pakaian dan uang ala kadarnya, makam Seh Bela Belu memang terasa amat nyaman dan segar, terutama karena angin semilir terus diembuskan pantai Parangtritis yang selalu kelihatan biru menawan dari ketinggian bukit itu. Tentu saja Kasiyo tidak datang ke tempat ini sekadar mencari hawa sejuk dan pemandangan mempesona, melainkan karena hati kecilnya (baca: "rasa") terdorong untuk melakukannya. Seperti dikisahkannya sendiri, Kasiyo sudah menjadi seorang peziarah sejak kecil. Semenjak umut 7 tahun, Kasiyo sudah diajak neneknya berziarah ke tempat-tempat keramat di sekitar Bantul, yang pada masa itu masih berupa hutan lebat. Karena hanya berjalan kaki, mereka berdua biasanya menghabiskan waktu minimal 20 hari untuk sekali berziarah. Sekarang, saking seringnya berziarah, oleh teman-temannya dia diberi gelar "sarkub" sarjana kuburan.