Gusduran 

Wahai Culaekha, kenapa jarimu tak terasa luka, ketika pisaumu sedang mengiris jeruk, sedang mata cintamu teringat Yusuf? Gus Dur sedang menganyam hatinya dengan benang-benang dzikir, matanya mengkilap dengan cahaya seribu bulan, saat bibirnya merapalkan syair-syair Rumi: apa yang harus aku buat, oh Muslimin?Aku sendiri tak tahu siapa aku: aku buka Kristen bukan Yahudi, bukan Parsi dan bukan Muslim, aku tak datang dari Timur, dari Barat pun tidak, aku bukan dari pegunungan, bukan pula dari lautan... Tempatku di sana, ketika tiada tempat berada, Tandaku adalah tanpa tanda, aku bukanlah raga, bukan pula jiwa. Aku adalah cahaya dari Cahaya-Nya. Telah kutolak keduanya itu, yang kulihat dalam dua dunia itu hanyalah satu: hanya Dia yang kucari, kukenal, dan kuseru sampai terbukalah kembali mataku.