Cerpen 

Malam hening itu tiba-tiba pecah oleh derit pintu yang salah satu engselnya memang sudah minta diganti. Aku yakin, Bapak pasti telah dengar suara itu
lagi.
“Apa Bapak enggak capek? Bapak dapat untung apa dari semua itu?” lalu suara Emak.
“Aku mendengar tangisan Rasyid,” suara Bapak. Membuatku lekas bangkit dari pembaringan.
“Sampai kapan Bapak seperti ini?” Aku terlambat. Langkah Bapak yang lebar-lebar telah jauh meninggalkan halaman rumah.
“Pak, ikut!” teriakku. Namun tiba-tiba saja tangan Emak mencengkeram bahuku.
“Apa kau tak lihat gelap dan mendung itu? Besok kamu juga harus sekolah,” nada amarah Emak tercium dari suaranya. Hawa, adikku yang ikut terbangun, memeletkan lidahnya ke arahku. Tak lama setelah tubuh Bapak tertelan gelap, hujan benarbenar turun.


Pembelian edisi yang memuat artikel ini via
https://www.tokopedia.com/yayasanbasis/majalah-basis-no-03-04-2016